Kehidupan Dimulai Dari Dasar Laut
Kehidupan Dimulai Dari Dasar Laut
Dari mana kehidupan dimulai? Bagaimana kehidupan bisa terbentuk? Inilah
pertanyaan yang bisa dibilang belum ada jawabannya. Dan para ilmuwan pun
masih terus mencari jawaban bagi pertanyaan yang satu ini.
Tidak mudah untuk menjawab bagaimana kehidupan dimulai. Sains
mendasarkan dirinya pada bukti dan untuk mengetahui bagaimana kehidupan
dimulai, maka harus ditelusuri kembali sejarah Bumi. Ini juga yang
menjadi alasan manusia mencari planet serupa Bumi di Tata Surya. Jika
memang kehidupan lain itu ada dan baru dimulai, maka para astronom bisa
mengetahui bagaimana kehidupan terbentuk di suatu planet dan apakah pola
yang sama terjadi di Bumi. Tapi jika belum, maka penelusuran kehidupan
di Bumi bisa memberi petunjuk awal untuk mencari tanda-tanda kehidupan
di planet lain.
Kehidupan sudah berakar sejak 4 miliar tahun di Bumi yang waktu itu baru
saja terbentuk. Pada masa itu, Bumi merupakan planet yang jauh berbeda
dari Bumi yang kita kenal sekarang. Bumi di masa awal terbentuk,
merupakan rumah yang tidak seramah sekarang. Ia lebih keras, juga basah
dan bermandikan sinar ultraungu lebih banyak dari sekarang. Kehidupan
diyakini dimulai dari sel yang sederhana dan kemudian bertransformasi
menjadi jamur, katak, gajah, manusia dan semua kehidupan yang ada di
Bumi. Lagi-lagi pertanyaannya, bagaimana semua itu dimulai?
Karena kehidupan kompleks dimulai dari kehidupan sederhana di masa lalu,
maka para ahli biologi pun melakukan penelusuran jejak kehidupan yang
ada di masa awal Bumi. Artinya kehidupan tersebut haruslah mampu
bertahan pada kondisi ekstrim ketika Bumi terbentuk.
Kehidupan dari dasar laut
Dari penelusuran itu, para ilmuwan berhasil menemukan mikroba yang bisa bertahan dalam kondisi yang sangat ekstrim pada suhu dan temperatur yang rendah maupun tinggi, termasuk juga pada kondisi asam, asin seperti air laut, basa dan logam berat dengan konsentrasi tinggi yang digologkan berbahaya bagi kehidupan masa kini. Mikroba yang ditemukan berasal dari berbagai jenis kehidupan di area sekitar sistem ventilasi hidrotermal di dasar laut.
Dari penelusuran itu, para ilmuwan berhasil menemukan mikroba yang bisa bertahan dalam kondisi yang sangat ekstrim pada suhu dan temperatur yang rendah maupun tinggi, termasuk juga pada kondisi asam, asin seperti air laut, basa dan logam berat dengan konsentrasi tinggi yang digologkan berbahaya bagi kehidupan masa kini. Mikroba yang ditemukan berasal dari berbagai jenis kehidupan di area sekitar sistem ventilasi hidrotermal di dasar laut.
Ventilasi hidrotermal atau lubang hidrotermal merupakan retakan di
permukaan planet yang terbentuk akibat permasalahan air panas secara
geotermal. Ventilasi hidrotermal biasanya ditemukan di area dekat gunung
api aktif, area lempeng tektonik yang sedang bergerak terpisah, dasar
lautan dan lokasi titik-titik panas di sebuah planet. Untuk pencarian
kehidupan di Bumi, ventilasi hidrotermal yang dimaksud berada di dasar
lautan.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh peneliti dari NASA Jet Propulsion
Laboratory, Pasadena, California dan tim Dunia Es dari Institut
Astrobiologi menunjukkan bahwa energi listrik yang dihasilkan secara
alami di dasar laut memiliki kemungkinan untuk memicu terbentuknya
kehidupan.
Berdasarkan penemuan tersebut dan berdasarkan teori dunia air, kehidupan
terbentuk dalam mata air hangat di dasar laut saat lautan di seluruh
Bumi sedang bergejolak. Ide ventilasi hidrotermal sebagai lokasi
terbentuknya kehidupan diajukan pada tahun 1980, ketika ventilasi
hidrotermal ditemukan di dasar laut dekat Cabo San Lucas, Meksiko.
Ventilasi hidrotermal yang ditemukan tersebut dikenal sebagai Perokok
hitam, yang merupakan lubang cairan asam yang panas.
Berbeda dari perokok hitam, lubang yang ditemukan dalam penelitian ini
merupakan ventilasi hidrotermal yang lebih lembut, lebih dingin dan
meresap dengan cairan basa di dalamnya sama seperti yang disimpulkan
oleh Michael Russel pada tahun 1989. Salah satu ventilasi basa
ditemukan di Laut Atlantik Utara pada tahun 2000 dan dikenal dengan
nama kota yang hilang.
Menurut Russel, Kehidupan mengambil keuntungan dari kondisi yang tidak
seimbang di planet, yang terjadi miliaran tahun lalu di ventilasi
hidrokarbon basa.
Dalam teori lainnya, dinyatakan bahwa sup senyawa kimia yang menjadi
bahan dasar pembentuk kehidupan terdapat di permukaan batuan di Bumi.
Dalam beberapa model sup kimia, cahaya petir atau cahaya ultra ungu
diduga merupakan pemicu kehidupan di dalam kolam.
Dalam teori dunia air yang dibangun Russel dan timnya, ventilasi
hidrotermal yang hangat mempertahankan kondisi tidak setimbang terhadap
kondisi di sekeliling yang merupakan lautan asam kuno. Lautan asam
inilah yang diduga menjadi penyedia energi bebas yang memicu
terbentuknya kehidupan.
Pada kenyataannya, ventilasi juga bisa menyebabkan terjadinya 2
ketidaksetimbangan kimia. Yang pertama adalah gradien proton. Gradien
proton merupakan proton yang terkonsentrasi di luar cerobong ventilasi
atau yang disebut juga membran mineral. Gradien proton bisa disadap
sebagai energi sama seperti yang dilakukan stuktur sel dalam tubuh
manusia yang kita kenal sebagai mitokondria.
Ketidaksetimbangan kedua melibatkan gradien listrik antara cairan
hidrotermal dan lautan. Miliaran tahun lalu, saat Bumi masih muda, laut
masih sangat kaya dengan karbondioksida. Saat karbon diksida dari lautan
dan bahan bakar (hidrogen dan metana) dari ventilasi bertemu di dinding
cerobong, maka terjadi transfer elektron. Reaksi tersebut memicu
terbentuknya senyawa organik atau senyawa karbon kompleks. Senyawa
inilah yang menjadi bahan dasar kehidupan yang kita kenal sekarang. Dan
sama seperti gradien proton, proses transfer elektron juga terjadi di
mitokondria.
Untuk bentuk kehidupan kompleks, enzim memegang peran penting untuk
memicu terjadinya reaksi kimia. Di lautan kuno di Bumi, mineral
bertindak seperti enzim, berinteraksi dengan senyawa kimia dan memicu
terjadinya reaksi. Dalam teori dunia air, kedua mesin mineral yang
berbeda tersebut diperkirakan telah ada di struktur dinding cerobong
ventilasi.
Menurut Russel yang memimpin penelitian ini, mesin mineral bisa
dianalogikan dengan mobil di masa kini. Mesin membuat mobil bisa
bergerak dengan mengkonsumsi bahan bakar dan membuang asap. DNA dan RNA
punya fungsi yang berbeda. Mereka bertindak seperti komputer di mobil
yang memandu proses yang terjadi dan bukan menyebabkan terjadinya proses
tersebut.
Salah satu mesin kecil diduga menggunakan mineral yang dikenal sebagai
kerat hijau, yang bisa mengambil keuntungan dari gradien proton dalam
menghasilkan molekul yang mengandung fosfat untuk menyimpan energi.
Mesin lainnya diperkirakan bergantung pada logam langka yang disebut
molybdenum yang punya nomor 42. Logam tersebut ada di tubuh manusia di
dalam bermacam-macam enzim. Molybdenum berfungsi untuk membantu transfer
dua elektron pada waktu bersamaan dan sangat berguna untuk mendorong
reaksi kimia penting yang dibutuhkan.
Michael Russel dan Laurie Barge dari laboratorium dunia es yang
melakukan uji coba kondisi ventilasi hidrotermal untuk mengetahui
munculnya kehidupan. Kredit: NASA
Michael Russel sendiri sudah membuat teori dunia air dan terus menerus
melakukan penelitian selama 25 tahun sejak misi wahana luar angkasa
menemukan keberadaan lautan dan dasar laut dari batuan di Europa dan
Enceladus. Teori awal mula kehidupan tersebut bukan saja untuk di Bumi
tapi juga untuk planet batuan lainnya. Pengujian di Bumi bisa menjadi
contoh untuk penerapan pada kondisi di planet lain.
Apakah ventilasi hodrotermal basa merupakan tempat dimana kehidupan
menetas, masih terus menjadi pertanyaan. Dan perjalanan untuk memahami
darimana datangnya kehidupan masih menjadi topik yang akan terus
diteliti selama beberapa dekade berikutnya. Atau bahkan beberapa abad?
0 komentar: