Mengintip Keunikan Honai, Rumah Adat Suku Dani

19.58 0 Comments


Komplek bangunan itu sudah beberapa kali saya lewati. Saat mobil melaju di tengah Lembah Baliem, kedua mata saya tak pernah luput dari sosok itu. Gerbang dari kayu beratap jerami menjadi pintu masuk ke dalam komplek. Di dalamnya, sekitar 5-6 bangunan berderet rapi di lereng tebing tinggi, dinaungi pohon rindang.

Rupanya itulah Honai, rumah adat suku Dani yang tinggal di wilayah ini. Ukurannya tergolong mungil, bentuknya bundar, berdinding kayu dan beratap jerami. Namun, ada pula rumah yang bentuknya persegi panjang. Rumah jenis ini namanya Ebe'ai.

Perbedaan terletak pada jenis kelamin penghuninya. Honai dihuni oleh laki-laki, sedangkan Ebe'ai dihuni oleh perempuan. Komplek Honai ini tersebar hampir di seluruh pelosok Lembah Baliem. Baik itu dekat jalan besar (dan satu-satunya yang membelah lembah itu), hingga di puncak-puncak bukit, di kedalaman lembah, juga di bawah naungan tebing raksasa.

Penasaran, saya coba memasuki Honai yang ada di kawasan Festival Lembah Baliem 2012 tepatnya di Distrik Wosilimo. Hari itu, Rabu (8/8/2012), sedang diadakan upacara Bakar Batu di dalam komplek tersebut. Sementara wisatawan lain sedang asyik melihat proses Bakar Batu, saya berjinjit dan coba mengintip bagian dalam Honai.

Rumah bundar itu begitu mungil mungil hingga saya pun tak bisa berdiri di dalamnya. Jarak dari permukaan rumah sampai langit-langit hanya sekitar 1 meter. Di dalamnya hanya ada 1 perapian yang terletak persis di tengah. Tak ada perabotan seperti kasur, lemari, apalagi cermin untuk memastikan penampilan sudah oke!

Setelah lirik kiri-kanan dan memastikan tak ada yang melihat, saya coba memasuki Honai. Tak sampai 10 detik saya merangkak dan memutari perapian di bagian tengah, lantas buru-buru keluar sebelum kepergok masyarakat setempat. Saya pun penasaran, bagaimana caranya suku Dani hidup meringkuk di dalam sini?

Rupanya atap jerami dan dinding kayu membawa hawa sejuk ke dalam Honai. Kalau udara dirasa terlalu dingin, seisi rumah siap diramaikan oleh tarian api dari perapian. Bagi mereka, asap dari kayu sudah tak aneh lagi dihisap dalam waktu lama. Selama pintu masih terbuka (dan memang tak ada tutupnya), oksigen masih mengalir kencang. Mereka pun meringkuk dalam kehangatan.

Selain jadi tempat tinggal, Honai juga multifungsi. Ada Honai khusus untuk menyimpan umbi-umbian dan hasil ladang, ada pula yang khusus untuk pengasapan mumi. Fungsi yang disebut terakhir itu bisa ditemukan di Desa Kerulu dan Desa Aikima, tempat 2 mumi paling terkenal di Lembah Baliem.

Sumber : http://travel.detik.com/read/2012/08/28/113804/2000784/1383/mengintip-keunikan-honai-rumah-adat-suku-dani

0 komentar: