DARI DEBU MENJADI PLANET
Dari Debu Menjadi Planet
Selama ini kita tahu bahwa planet terbentuk dan berada di dekat bintang.
Misalnya, Matahari adalah bintang induk seluruh planet di Tata Surya
kita. Namun, kini astronom menemukan petunjuk-petunjuk bahwa objek lain
bisa jadi membentuk planetnya sendiri. Ini berarti jumlah planet seperti
Bumi di alam semesta ini lebih banyak dari yang kita bayangkan.
Bintang katai coklat dan pembentukan planet batuan. Kredit : ALMA (ESO/NAOJ/NRAO)/M. Kornmesser (ESO)
Ketika sebuah bintang lahir, sisa-sisa gas dan debu membentuk suatu
piringan di sekelilingnya, mirip seperti cincin Saturnus. Di dalam
piringan ini, butiran-butiran debu dari batuan kadang-kadang terbentuk.
Butiran-butiran ini kemudian saling berbenturan dan melekat, membentuk
bongkahan yang lebih besar dan lebih besar lagi — inilah caranya planet
terbentuk.
Nah, untuk pertama kalinya astronom menemukan butiran-butiran padat di
piringan gas di sekitar sebuah katai cokelat — suatu obyek yang bukan
planet dan juga bukan bintang. Katai cokelat terkadang disebut sebagai
bintang gagal. Objek ini terlalu besar untuk disebut planet, terkadang
tumbuh sampai 80 kali massa Jupiter, planet terbesar di Tata Surya kita.
Namun, katai putih terlalu kecil untuk bisa mulai membakar hidrogen di
intinya sehingga tidak bersinar terang seperti halnya bintang.
Para astronom tidak mengira akan menemukan butiran-butiran debu di
sekitar katai cokelat karena beberapa alasan. Alasan utamanya adalah
piringan di sekitar katai cokelat tidak mengandung banyak materi,
sehingga kecil kemungkinannya partikel-partikel akan saling bertumbukan
dan bergabung menjadi obyek yang lebih besar. Akan tetapi, dugaan mereka
ternyata keliru, butiran-butiran debu itu memang ada di sekeliling
katai cokelat. Bahkan, mungkin saja di beberapa kejadian butiran-butiran
itu telah tumbuh menjadi planet batuan, sehingga kemungkinan kita
menemukan planet lain sebesar Bumi di ruang angkasa lebih besar.
Fakta menarik: Katai
cokelat memang tidak seterang bintang, tapi mereka sebenarnya bersinar
redup sekali. Ini terjadi akibat gravitasi yang terus-menerus mendorong
dan memampatkan materi di dalam si katai. Proses ini memanaskan katai
cokelat, yang kemudian menyebabkannya bersinar kemerahan.
0 komentar: